Senin, 04 Januari 2010

CERPEN



Cerita Persahabatan

Teman adalah satu kata yang sering kita dengar, seperti halnya kata sahabat. Namun bagiku teman atau sahabat bukanlah sekedar kata biasa yang tertulis di kamus atau sekedar kata yang terucap begitu saja. Ada perbedaan diantara keduanya. Teman adalah seseorang yang dapat kita temukan dimana saja kita berada asal kita mau membuka hati dan diri kita untuk mereka yang mau berteman. Namun sahabat yaitu seseorang yang selalu ada di samping kita, seserang yang selalu menemani kita dalam suka maupun duka. Sahabat adalah seseorang yang jarang kita jumpai. Sahabat adalah segalanya.
Akupun punya seorang sahabat yang sekaligus teman sebangku ku. Laura namanya. Dan namaku sendiri adalah Aura. Kami punya nama yang hampir miripkan. Tapi sifat kami jauh berbeda. Laura seorang anak yang tomboi, temperamen, dan keras kepala. Tapi aku sebaliknya. Oleh karena itu kami gak pernah sependapat. Sealalu saja ada perdebatan diantara kami, namun kami selalu menganggapnya sebagai bahan candaan saja. Karena hal itu pula aku berpikir bahwa kami takkan pernah bertengkar dalm arti sebenarnya. Namun sampai pada suatu hari....
“yang ini....” tegas Laura.
“gak yang ini...”jawabku.
Begitulah setiap harinya kami mendebatkan sesuatu yang sebenarnya gak penting.
“selamat pagi anak-anak...” sapa ibu guru yang memasuki ruang kelasku.
“selamat pagi bu....” jawab anak-anak yang hampir berbarengan.
“baiklah anak-anak hari ini kalian mendapatkan teman baru. Silahkan masuk. Dan perkenalkan dirimu.” kata bu guru.
“terimakasih bu. Pagi semuanya namaku Eric. Aku baru pindah kesini kemarin karena pekerjaan ayahku. Awalnya aku bersekolah di SMAN 16 Jakarta. Sekian dari saya” katanya.
“kalau begitu silhkan duduk di tempat yang kosong” balas bu guru.
Aku dan Laura hanya saling tersenyum dengan arti “ Eric lumayan...”
Rumah Eric pun berdekatan dengan Laura. Karena sifat Laura yang sedikit tomboi mereka berdua pun cepat sekali akrab. Walaupun akhirnya aku juga ikut akrab dengan Eric namun tak seakrab mereka berdua.
Singkat cerita ternyata Laura suka dengan Eric. Entah karena muka Eric yang seperti orang Korea (Laura ngefans dengan orang Korea), atau karena kebaikan Eric dan kedekatan mereka aku gak tahu. Tapi satu yang pasti kearin Eric menyatakan cintanya padaku. Namun karena bimbang aku pun mengabaikan perasaan Eric.
Hari demi hari perasaan Laura kepada Eric tak terbendung lagi, dan lambat laun aku pun mulai menaruh perasaan kepada Eric. Dan Eric, dia berkata akan terus menungguku.
Perasaanku pun semakin tak menentu. Di satu sisi ada Laura yang selalu bercerita tentang perasaannya kepada Eric dan kebersamaan mereka. Di sisi lain ada Eric yang terus meluluhkan hatiku. Eric terus mendesakku, dia terus mengatakan “bagaimana kalau kita backstreet”. Karena desakannya dan perasaanku yang tak tertahan lagi akhirnya aku pun setuju. Aku jadian dengan Eric dibelakang Laura. Aku dan Eric berpura-pura didepan Laura. Semua berjalan lancar sampai suatu ketika aku dan Eric menjadi satu kelompok dalam program sekolah(stadytour).
Saat akan menyelesaikan laporan aku bersama Laura, aku dan Eric pergi bersama namun karena ada macet akhirnya kami datang terlambat. Laura sangat marah padaku. Dan sejak itu tanpa sepengetahuanku dia terus mengikuti kami secara diam-diam. Karena aku hanya mengira kemarahan Laura hanya bersifat sementara seperti biasanya akhirnya akupun tak memperdulikannya. Namun karena itu, Laura pun mengetahui bahwa sebenarnya aku dan Eric telah jadian. Kemarahannya pun semakin menjadi.
Persabatan kami yang susah payah kami pupuk pun rusak hanya karena seorang lelaki dan kesalahanku. Laura tak pernah mau bicara padaku lagi. Aku pun enggan bicara dengan Eric. Namun hal ini tak bisa aku biarkan seperti ini akhirnya aku pun melakukan sesuatu. Aku tak mau melakukan kesalahan lagi dengan bersikap acuh dengan Eric karena aku tak mau kehilangan seseorang yang mengerti aku lagi. Akhirnya karena penjelasanku akhirnya Eric pun mengerti bahwa sebaiknya ita menjadi sahabat. Dan aku pun memberanikan diri untuk bicara dengan Laura karena sudah terlalu lama aku tak berbicara dengannya. Aku meminta maaf padanya walaupun awalnya tidak diperdulikan namun hati manusia tidaklah sekeras batu jadi lama kelamaan hati Laura pun luluh oleh ku.
Begitulah akhirnya persahabatanku dengan Laura pun dimulai kembali dari awal. Karena rasa kepercayaan yang telah didapat lalu dihancurkan dalam sekejap pasti susahkan untuk mendapatkannya lagi oleh karena itu aku mengerti dengan baik kalu Laura tak 100% percaya padaku lagi walaupun kami telah menjadi sahabat kembali.
Dan Eric, dia menjadi sahabat kami juga. Karena kejadian kemarin Laura pun tak punya perasaan lagi kepada Eric. Kerena bisa dibilang perasaannya saat itu hanyalah cinta monyet. Itu yang dia katakan padaku, namun hati seseorang siapa yang tahu. Ya kan?
Oh ya... setelah kenaikan kelas Eric pindah lagi ke Jakarta karena pekerjaan Ayahnya. Dan aku mulai berdebat lagi dengan Laura.

0 komentar:

Posting Komentar